Aksi Nyata Modul 2.1

 

Kutipan hari ini:

“Serupa seperti para pengukir yang memiliki pengetahuan mendalam tentang keadaan kayu, jenis-jenisnya, keindahan ukiran, dan cara-cara mengukirnya. Seperti itulah seorang guru seharusnya memiliki pengetahuan mendalam tentang seni mendidik, Bedanya, Guru mengukir manusia yang memiliki hidup lahir dan batin.” 

(Ki Hajar Dewantara)



Pembelajaran Berdiferensiasi adalah usaha guru untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas untuk memenuhi kebutuhan belajar individu murid. Menurut Tomlinson (1999:14) dalam kelas yang mengimplementasikan pembelajaran berdiferensiasi, seorang guru melakukan upaya yang konsisten untuk merespon kebutuhan belajar murid.

Melakukan pembelajaran berdiferensiasi bukanlah berarti bahwa guru harus mengajar dengan 28 cara yang berbeda untuk mengajar 28 orang anak didik. Bukan pula berarti bahwa guru harus memperbanyak jumlah soal untuk anak didiknya  yang lebih cepat bekerja dibandingkan yang lain. Pembelajaran berdiferensiasi juga bukan berarti guru harus mengelompokkan yang pintar dengan yang pintar dan yang kurang dengan yang kurang. Bukan pula memberikan tugas yang berbeda untuk setiap anak. Pembelajaran berdiferensiasi bukanlah sebuah proses pembelajaran yang semrawut (chaotic), yang gurunya kemudian harus membuat beberapa perencanaan pembelajaran sekaligus, di mana guru harus berlari ke sana kemari untuk membantu si A, si B atau si C dalam waktu yang bersamaan. Bukan. Guru tentunya bukanlah malaikat bersayap atau Superman yang bisa ke sana kemari untuk berada di tempat yang berbeda-beda dalam satu waktu dan memecahkan semua permasalahan

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid. Keputusan-keputusan yang dibuat tersebut adalah yang terkait dengan:

  1. Kurikulum yang memiliki tujuan pembelajaran yang didefinisikan secara jelas. Bukan hanya guru yang perlu jelas dengan tujuan pembelajaran, namun juga muridnya.
  2. Bagaimana guru menanggapi atau merespon kebutuhan belajar muridnya. Bagaimana ia akan menyesuaikan rencana pembelajaran untuk memenuhi kebutuhan belajar murid tersebut. Misalnya, apakah ia perlu menggunakan sumber yang berbeda, cara yang berbeda, dan penugasan serta penilaian yang berbeda.
  3. Bagaimana mereka menciptakan lingkungan belajar yang “mengundang’ murid untuk belajar dan bekerja keras untuk mencapai tujuan belajar yang tinggi. Kemudian juga memastikan setiap murid di kelasnya tahu bahwa akan selalu ada dukungan untuk mereka di sepanjang proses belajar mereka.
  4. Manajemen kelas yang efektif. Bagaimana guru menciptakan prosedur, rutinitas, metode yang memungkinkan adanya fleksibilitas, namun juga struktur yang jelas, sehingga walaupun mungkin melakukan kegiatan yang berbeda, kelas tetap dapat berjalan secara efektif.
  5. Penilaian berkelanjutan. Bagaimana guru tersebut menggunakan informasi yang didapatkan dari proses penilaian formatif yang telah dilakukan, untuk dapat menentukan murid mana yang masih ketinggalan, atau sebaliknya, murid mana yang sudah lebih dulu mencapai tujuan belajar yang ditetapkan.

Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek terdiri dari :

  1. Kesiapan belajar (readiness) murid, adalah kapasitas untuk mempelajari materi, konsep, atau keterampilan baru
  2. Minat murid adalah  merupakan suatu keadaan mental yang menghasilkan respons terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan diri.
  3. Profil belajar murid adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien.
 Namun sebelum melaukan pembelajaran  seorang guru terlebih dahulu memetakan kebutuhan belajar anak didiknya. Kemudian melakukan pembelajaran dengan menerapkan pembelajaran berdiferensiasi dengan mencoba menerapkan  diferensiasi konte, proses, dan produk.

  1. .Disferensiasi Konten yaitu merupakan apa yang akan di ajarkan kepada anak didik       dengan memetakan  kebutuhan belajarnya sesuai dengan aspek kesiapan belajar,     minat     maupun profil belajar anak didik.
  2. Disferensiasi Proses yakni mengacu bagaimana anak didik dapat memahami informasi dan materi yang akan di pelajari. Setelah guru mampu memetakan kebutuhan anak didik, dalam pemilihan pembelajaran bentuk individu maupun kelompok  sehingga kemampuan anak didik dalam belajar dan mengerjakan kegiatan baik itu secara mandiri maupun kelompok masih perlu bimbingan.
  3. Disferensiasi Produk yaitu merupakan hasil yang bisa di harapkan dari anak didik setelah proses  pembelajaran baik itu presentasi mauapun diskusi, pertunukan pidato, dan diagram serta lainnya, yang bisa mencerminkan pemahaman anak didik akan tujuan yang diharapkan dalam pembelajaran.
Dalam pemberian pembelajaran secara berdifierensiasi ini merupakan suatu tantangan yang tidak mudah bagi kami karena perlunya kolaborasi yang sangat kuat antar rekan sejawat, apalagi bagi kami yang tinggal di desa, untuk mengajak rekan sejawat keluar dari zona nyaman itu perlu kerja keras sekali, apalagi untuk memulai suatu yang baru. Namun dalam pembelajaran berdiferensiasi ini pada anak usia dini sangat bagus dan mengena sekali untuk di terapkan. 





                                                                                                                    @feroanisya

                                                                                                          


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.2

Modul 2.3.Coaching Untuk Supervisi Akademik

Jurnal Refleksi Dwi Mingguan Modul 3.3.